Ratu Laut Selatan atau Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul adalah tokoh legenda yang sangat populer di kalangan masyarakat penghuni Pulau Jawa dan Bali. Kepercayaan akan adanya penguasa lautan di
selatan Jawa (Samudera Hindia) dikenal terutama oleh suku Sunda dan suku Jawa. Orang Bali juga meyakini adanya kekuatan yang menguasai pantai
selatan ini.
Sementara itu keberadaan Nyi Roro Kidul sebagai penguasa pantai selatan tidak bisa dilepaskan dari kerajaan
Mataram. Bahkan saat Mataram terpecah menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta,
mitos penguasa pantai selatan masih tumbuh subur di masyarakat pesisir selatan
pulau Jawa.
Kuatnya keyakinan
masyarakat bahwa pendiri kerajaan Mataram, yakni Panembahan Senapati, memiliki
hubungan khusus dengan Nyi Roro Kidul membuat aura dan kewibawaan kerajaan ini
senantiasa diliputi dimensi gaib. Tak hanya Panembahan Senopati, bahkan
hubungan ‘istimewa’ ini terus berlanjut sampai ke keturunannya yang menjadi
raja di Yogyakarta.
Dan kepercayaan terhadap adanya Ratu Kidul ternyata juga meluas
sampai ke daerah Jawa Barat. Kita pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah
kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu,
yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang
Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang
menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu
simbol ‘gaib’ konon dipakai oleh mantan presiden Soekarno.
Legenda sunda
Masyarakat Sunda mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut
Selatan Jawa Barat yang berwujud perempuan cantik. Tokoh ini disebut Nyi Rara
Kidul. Pada perkembangannya masyarakat cenderung menyamakan Nyi Rara Kidul
dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun dalam kepercayaan Jawa, Nyi Rara Kidul
adalah bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul. Berikut adalah kisahnya.
Di masa lalu, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Dewi Kadita
adalah anak dari Raja Munding Wangi, Raja Kerajaan Pajajaran.
Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih
karena sebenarnya berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah
dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut. Maka,
bahagialah sang Raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja tanpa ada penantang
atas takhtanya, dan ia pun berusaha untuk menyingkirkan Dewi Kadita. Kemudian
Dewi Mutiara datang menghadap Raja, dan meminta agar sang Raja menyuruh
putrinya pergi dari istana. Sudah tentu Raja menolak. Raja berkata bahwa ia
tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putrinya.
Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara hanya tersenyum dan berkata manis sampai
Raja tidak marah lagi kepadanya. Tetapi walaupun demikian, dia tetap berniat
mewujudkan keinginannya itu.
Pada keesokan harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus
pembantunya untuk memanggil seorang dukun tukang tenung. Dia ingin sang dukun
meneluh atau mengutuk Kadita, anak tirinya. Sang dukun menuruti perintah sang
ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan
gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan
dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus
berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang
banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit
putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau
mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara
memaksanya untuk mengusir puterinya karena dianggap akan mendatangkan kesialan
bagi seluruh negeri. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan
di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk
mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi berkelana sendirian, tanpa tahu kemana
harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dewi Kadita yang berhati
yang mulia, tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu
meminta agar Sang Hyang Kersa mendampinginya dalam menanggung penderitaan.
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di
Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak
seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Tiba-tiba ia mendengar
suara gaib yang menyuruhnya terjun ke dalam Laut Selatan. Dia melompat ke dalam
air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh
kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia
pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada
sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa dalam Samudera Selatan dan
menjadi seorang dewi yang disebut Nyi Rara Kidul yang hidup selamanya. Kawasan Pantai Palabuhan ratu secara
khusus dikaitkan dengan legenda ini.
Legenda Jawa
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, sosok Ratu Kidul merupakan sosok agung
yang dimuliakan dan dihormati dalam mitologi Jawa. Karena orang Jawa mengenal
sebuah istilah "telu-teluning atunggal" yaitu tiga
sosok yang menjadi satu kekuatan. Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati,
dan Ratu Kidul. Panembahan merupakan pendiri kerajaan Mataram
Islam, yang dipertemukan oleh Ratu Kidul ketika bertiwikrama sesuai
arahan Sunan Kalijaga guna
memenuhi wangsit yang diterimanya membangun sebuah keraton yang sebelumnya
sebuah hutan dengan nama "alas mentaok" (kini Kotagede di Daerah Istimewa
Yogyakarta).
Pada proses bertapa,
diceritakan semua alam menjadi kacau, ombak besar, hujan badai, gempa, dan
gunung meletus. Ratu Kidul setuju membantu dan melindungi Kerajaan Mataram, dan
bahkan dipercaya menjadi "istri spiritual" bagi Raja-raja trah
Mataram Islam.
Pemahaman terkait penguasa laut selatan harus diluruskan. Karena antara
"Rara kidul" dengan "Ratu kidul" sangatlah berbeda. Namun
sudah menjadi pemahaman umum bahwa sosok tersebut adalah sama. Dalam
kepercayaan Kejawen, yaitu kepercayaan Jawa yang
dipengaruhi Hindu dan sudah bercampur beberapa unsur Islam, dalam mitologi
Jawa, alam kehidupan itu terbagi menjadi beberapa Tahap. Tahap pertama adalah
alam Kadewan, kedua adalah alam Nabi, ketiga adalah alam
Wali, keempat alam Menungsa (Manusia) dan yang akan datang
adalah alam Adil. Pada mitologi Jawa, Ratu Kidul merupakan ciptaan
dari Dewa Kaping telu yang kemudian mengisi alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam lainnya. Sedangkan
Rara Kidul merupakan Putri dari Raja Sunda yang terusir oleh ayahandanya sendiri
karena ulah dari ibu tirinya sendiri yang kemudian menjelma menjadi sosok
penguasa di laut selatan setelah menceburkan diri di laut selatan. Dan cerita
terkait antara "Ratu Kidul" dengan "Rara Kidul" bisa
dikatakan beda fase tahapan kehidupan menurut mitologi Jawa.
Ritual Pemuliaan
Berbagai macam ritual dan penghormatan dilakukan orang untuk menghormati
tokoh legendaris ini. Pantai Palabuhan ratu dikaitkan
sebagai tempat berkuasanya Sang Ratu Pantai Selatan. Di sekitar lokasi pantai
Palabuhan Ratu tepatnya di Karang Hawu terdapat tempat petilasan (persinggahan)
Ratu Pantai Selatan, yang dapat dikunjungi untuk melakukan ritual tertentu
ataupun hanya sekedar melihat-lihat. Di komplek yang dikeramatkan oleh penduduk
setempat ini, terdapat sekurangnya dua ruangan cukup besar yang didalamnya
terdapat beberapa makam yang dipercaya penduduk sebagai makam Eyang Sanca
Manggala, Eyang Jalah Mata Makuta dan Eyang Syeh Husni Ali. Di beberapa ruangan
juga terpampang gambar sang penguasa Laut Selatan Nyi Rara Kidul. Penghormatan
serta pemuliaan kepada Ratu/Penguasa laut selatan juga terdapat pada sebuah
kelenteng yang terletak di bilangan pekojan - jakarta barat yaitu di Vihara
Kalyana Mitta
Sedekah Laut
Masyarakat nelayan pantai selatan Jawa setiap tahun melakukan sedekah laut
sebagai persembahan kepada sang Ratu agar menjaga keselamatan para nelayan dan
membantu perbaikan penghasilan. Upacara ini dilakukan nelayan di pantai Pelabuhan Ratu, Ujung
Genteng, Pangandaran, Cilacap, Sakawayana dan
sebagainya. Sebagian besar para wisatawan yang berkunjung baik itu lokal maupun
manca negara datang ke Pelabuhan Ratu karena keindahan panoramanya sekaligus
tradisi ritual ini. Disaat-saat tertentu banyak acara ritual yang sering
digelar penduduk setempat sebagai rasa terima kasih mereka terhadap sang penguasa
laut selatan.
Tari Bedaya Ketawang
Naskah tertua yang menyebut-nyebut tentang
tokoh mistik ini adalah Babad Tanah Jawi[1]. Panembahan Senopati adalah
orang pertama yang disebut sebagai Raja yang menyunting Sang Ratu Kidul. Dari
kepercayaan ini diciptakan Tari
Bedaya Ketawang dari kraton Kasunanan Surakarta (pada masa
Sunan Pakubuwana I), yang digelar setiap tahun, yang dipercaya sebagai
persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Sunan duduk di samping kursi kosong yang
disediakan bagi Sang Ratu Kidul. Pengamat sejarah kebanyakan beranggapan,
keyakinan akan Kanjeng Ratu Kidul memang dibuat untuk melegitimasi kekuasaan
dinasti Mataram.
Larangan berpakaian
hijau
Peringatan selalu diberikan kepada orang
yang berkunjung ke pantai selatan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna
hijau. Mitosnya mereka dapat menjadi sasaran Nyai Rara Kidul untuk dijadikan
tentara atau pelayannya (budak), namun sebenarnya itu karena air laut pada
daerah pantai selatan warnanya cenderung kehijauan, dan akan sulit ditemukan
jika ada korban tenggelam menggunakan pakaian hijau.
Ruang khusus di hotel
Pemilik hotel yang berada di pantai selatan Jawa dan Bali menyediakan ruang
khusus bagi Sang Ratu. Yang terkenal adalah Kamar 327 dan 2401 di Hotel Grand Bali Beach. Kamar 327 adalah satu-satunya kamar
yang tidak terbakar pada peristiwa kebakaran besar Januari 1993. Setelah
pemugaran, Kamar 327 dan 2401 selalu dirawat, diberi hiasan ruangan dengan
warna hijau, diberi suguhan (sesaji) setiap hari, namun tidak untuk dihuni dan
khusus dipersembahkan bagi Ratu Kidul. Hal yang sama juga dilakukan di Hotel
Samudra Beach di Pelabuhan Ratu.
Kamar 308 disiapkan khusus bagi Ratu Kidul. Di dalam ruangan ini terpajang
beberapa lukisan Kanjeng Ratu Kidul karya pelukis Basoeki Abdullah. Di Yogyakarta, Hotel Queen
of The South di dekatParangtritis mereservasi
Kamar 33 bagi Sang Kanjeng Ratu.
Daftar Referensi
http://unik.kompasiana.com/2012/10/22/mitos-ratu-kidul-wanita-cantik-pesisir-selatan-pantai-pulau-jawa-502846.html
Referensi Gambar
https://www.google.com/search?nyi+roro+kidul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar